Sahabat Yang Sedang On Line

ULTRASONOGRAFI (USG)

Menanti kehadiran buah hati yang masih dalam kandungan dapat membuat perasaan bercampur aduk. Mulai dari senang, antusias, deg-degan, hingga cemas. Perasaan yang terakhir ini, dapat membuat para ibu ketakutan tentang keselamatan si jabang bayi. Salah satu cara agar bisa memantaunya adalah lewat USG. Yaitu, ultrasonografi sebagai metode diagnostik untuk mendeteksi perkembangan janin.

Dokter kandungan menyarankan pemeriksaan setidaknya sebulan sekali pada awal-awal masa kehamilan. Tapi, apakah ini harus setiap bulan dilakukan? Jika terlalu sering dilakukan, apakah dapat berpengaruh pada perkembangan janin?.

Menurut Elizabeth McGee, M.D., asisten Profesor dari spesialis kandungan dan kebidanan dari Universitas Pittsburgh, pemeriksaan USG tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan janin itu sendiri.
Berbeda dari pemeriksaan radiologi yang menggunakan sinar rontgen, pemeriksaan USG mengunakan gelombang suara ultra yang tidak menimbulkan efek samping. Memang, beberapa dokter spesialis kebidanan dewasa ini cenderung melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal) rutin dengan cara ini karena cara ini dinilai lebih efektif dan efisien.

Pada pemeriksaan kehamilan, USG sebaiknya dilakukan pertama kali di awal kehamilan untuk melihat ada atau tidaknya tanda kehidupan, kehamilan kembar, dan menyingkirkan adanya kehamilan di luar rahim.

Pemeriksaan kedua pada kehamilan 12-18 minggu, untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan/cacat bawaan. Pada kehamilan 36 minggu, pemeriksaan dengan USG dilakukan lagi untuk menilai perkembangan janin, kemungkinan kelainan letak, dan lain-lain.

Pemeriksaan USG perlu dilakukan lebih dari yang disebutkan, terutama pada kasus dengan risiko penyakit tertentu, misalnya penderita diabetes melitus, riwayat perdarahan, kehamilan kembar, dan lain-lain.

Jadi, pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan setiap bulan. Dokter tentu akan memberikan informasi mengenai janin setiap kali Anda berkonsultasi. Namun, bila Anda ingin melihat perkembangan janin lebih akurat, metode ini dapat dilakukan.

Yang perlu diketahui, sebagai pasien, Anda berhak untuk mendapatkan penjelasan tentang tujuan pemeriksaan ini. Apa keuntungan dan mungkin kerugiannya, serta mengetahui apa perbedaannya dari pemeriksaan fisik langsung dengan sentuhan tangan dokter, yang pada beberapa pasien mungkin dirasa lebih meyakinkan. Di samping itu, pemeriksaan tanpa alat bantu tentunya tidak memerlukan tambahan biaya pemeriksaan.

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Telah Mematenkan Alat Radiografi Digital Murah Pada 19 Oktober 2009.

Hasil karya tim riset Fisika Citra Jurusan Fisika FMIPA UGM dihasilkan setelah 16 tahun penelitian perangkat kendali sistem radiografi digital,
Tim telah menyerahkan penemuan patennya kepada UGM untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

“Temuan ini memberi inspirasi bagi masyarakat untuk menggunakannya. Secara komersial dilindungi hukum di wilayah RI, berlaku eksklusif selama 20 tahun,” kata Dr. Gede Bayu Suparta, koordinator tim riset, seperti dimuat laman Universitas Gadjah Mada.

Penemuan ini, kata Bayu, diharap bisa mengatasi keterbatasan alat kardiografi di puskesmas dan rumah sakit seluruh Indonesia.

“Selama ini, harga alat kardiografi digital mahal sekali, tidak semua ada di rumah sakit. Padahal, temuan kardiografi sudah satu abad lalu. Teknologi x-tray sudah sangat tua, seharusnya lebih murah, tapi kenyataannya masih dipakai juga,” imbuh Bayu.

Bayu menyebutkan untuk harga alat kardiografi digital yang ada di pasaran internasional mencapai 4 miliar rupiah. Dengan alat temuannya ini, dengan kualitas yang sama, harganya hanya 0,5 miliar rupiah. “Bisa menjadi teknologi baru super murah. Bisa menghemat listrik, dosis radiasi rendah, lebih aman. Cukup sekali tingkat pemotretan bisa hasilkan 20 citra,” jelasnya.

Dengan kardiografi digital ini, penggunaan radiografi film dapat ditinggalkan sehingga biaya operasional di rumah sakit bisa ditekan. Lebih dari itu, peralatan radiodiagnostik bahkan dapat dijual dengan murah kepada rumah sakit.

Hal itu secara bisnis sangat atraktif karena menurunkan biaya layanan diagnostik kesehatan. Dengan demikian, menurut Bayu, pemerintah bisa membuat standar keuangan untuk biaya radiografi yang lebih terukur dan berpihak pada rakyat kecil. “Dengan alat ini tidak ada menggunakan film. Biaya operasional lebih rendah, menggunakan bahan lokal 75 persen,” katanya.

Dijelaskan Bayu bahwa khusus untuk wilayah Indonesia, sistem kardiografi digital yang didukung sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ini dapat dioperasikan hingga ke pelosok wilayah, sepanjang wilayah tersebut memiliki jaringan listrik dan TIK.

Melalui mekanisme teleradiologi dan kreativitas layanan, layanan radiologi dapat dibuat sangat efektif dan efisien. Dengan begitu, pasien yang ada di pelosok daerah tidak perlu pergi ke kota untuk keperluan diagnosis medis.

Risiko di Balik Pemeriksaan CT Scan

Radiasi yang dari pemeriksaan CT scan ternyata lebih besar dari yang diperkirakan, dan bisa menimbulkan kematian. Hal tersebut menurut penelitian yang dipublikasi dalam Archives of Internal Medicine. Hasil penelitian menunjukkan radiasi dari CT scan pada 2007 menjadi pemicu 29.000 penyakit kanker dan menimbulkan kematian 15.000 warga Amerika Serikat.

"Yang kita pelajari adalah efek radiasi dari CT scan lebih dari yang diperkirakan dan memicu timbulnya banyak penyakit kanker," kata Dr. Rita Redberg, editor dari Archives of Internal Medicine, seperti VIVAnews kutip dari MSNBC.

CT scan banyak dilakukan oleh dokter untuk bisa melihat kondisi organ tubuh bagian dalam. Biasanya Ct scan dilakukan untuk mengurangi atau menghindari tindakan operasi. Tetapi, CT scan ternyata memaparkan radiasi yang lebih banyak dibandingkan peralatan sinar X yang konvensional.

Tim peneliti menganjurkan para tim medis untuk meminimalisasi pemeriksaan pasien menggunakan CT scan. Cara lainnya adalah dengan membatasi dosis pemeriksaan CT Scan dan membuat standarisasi. Hal itu untuk menghindari dampak buruk dari CT scan karena fungsi utamanya adalah membuat pemeriksaan yang detil demi kesehatan pasien.

CT scan (Computed Tomography scan) adalah perpaduan teknologi sinar X dan komputer untuk menghasilkan gambar organ tubuh bagian dalam secara melintang. Dalam pemeriksaan ini pasien berbaring pada alas untuk kemudian dimasukkan dalam tablet besar yang bentuknya seperti donat. Lalu, diberikan radiasi dengan dosis tertentu dari segala arah. Proses tersebut hanya memakan waktu beberapa menit saja dan hasilnya sangat detail.


sumber:
http://us.wap.vivanews.com/news/read/114391-risiko_di_balik_pemeriksaan_ct_scan